الابْتِدَاءُ
Bab Ibtida’(permulaan Kalimah)
Mengenal Tentang Mubtada dan Khabar
· Contoh Mubtada dan Khabar
مُبْتَـدَأ زَيْدٌ وَعَـــاذِرٌ خَبَـــــرْ ¤ إِنْ قُلْتَ زَيْدٌ عَاذِرٌ مَنِ اعْتَذَرْ
Contoh Mubtada’ yaitu seperti lafadz زيد , dan contoh Kabar seperti lafazh عاذر , apabila kamu mengatakan kalimat :(زيد عاذر من اعتذر.) “Zaid adalah seorang pemaaf bagi orang yang meminta maaf”
وَأَوَّلٌ مُبْـــتَدَأ وَالْثَّـــــانِي ¤ فَاعِلٌ اغْنَى فِي أَسَارٍ ذَانِ
yang pertama sebagai Mubtada’, dan yang kedua sebagai Fa’il yang dapat mencukupi ( Khabar), seperti contoh kalimat: أ سار ذان “apakah mereka berdua melakukan perjalanan ?” (أ adalah Huruf Istifham, سار adalah Isim Sifat sebagai Mubtada’, ذان adalah Fa’il yg menempati kedudukan Khabar)
وَقِسْ وَكَاسْتِفْهَامٍ النَّفْيُ وَقَدْ ¤ يَجُوْزُ نَحْوُ فَائِزٌ أولُو الرَّشَدْ
Dan kiasilah olehmu !
seperti Mubtada setelah Istifham itu adalah Nafi, dan terkadang boleh
juga menjadikan isim sifat sebagai Mubtada seperti contoh lafadz : (فَائِزٌ أولُو الرَّشَدْ) yang artinya:
Yang menang adalah yang memiliki petunjuk (contoh kalimat Mubtada dan
khabar yang jarang terjadi karena di awali dengan isim shifat)
وَالْثَّانِ مُبْتَدَا وَذَا الْـوَصْفُ خَــبَرْ ¤ إِنْ فِي سِوَى الإِفْرَادِ طِبْقاً اسْتَقَرْ
Yang kedua adalah Mubtada(Muakhar) yaitu mubtada yang diletakan di belakang khabarnya dan isim shifatnya sebagai khabar apabila terjadi selain Ifrad secara sepadan, lalu tetapkanlah !
Yang kedua adalah Mubtada(Muakhar) yaitu mubtada yang diletakan di belakang khabarnya dan isim shifatnya sebagai khabar apabila terjadi selain Ifrad secara sepadan, lalu tetapkanlah !
وَرَفَعُـــوا مُبْتَدَأ بالابْــتَدِا¤ كَذَاكَ رَفْعُ خَبَرٍ باْلمُبْتَدَأ
Mereka
(orang arab) me-rofa’kan Mubtada’ karena sebagai Ibtida’ (permulaan
kalimat). Demikian pula mereka rofa’-kan Khobar karena sebagai Mubtada’.
وَالْخَبَرُ الْجُزْء الْمُتِمُّ الْفَائِدَهْ ¤ كَاللَّه بَرُّ وَالأَيَـادِي شَـاهِدَهْ
Yang di maksud dengan Khabar adalah bagian yang menyempurnakan faedah, seperti kalimat: "Allahu Barrun walayaadi syahidah “Allah itu maha pemberi kebaikan . Dan peristiwa besar menjadi saksi”.
وَمُفْــرَدَاً يَأتِي وَيَأتِـي جُــمْلَهْ ¤ حَاوِيَةً مَعْنَى الَّذِي سِيْقَتْ لَهْ
Khabar
adakalanya datang berbentuk Mufrad. dan terkadang pula datang berbentuk
jumlah yang mengandung makna yang berhubungan dengan isinya
وَإِنْ تَكُـنْ إيَّـاهُ مَعْنَى اكْتَـــفَى ¤ بِهَا كَنُطْقِي اللَّهُ حَسْبِي وَكَفَى
apabila jumlah kalimat adalah makna yang dimaksud, dianggap cukup dengan-nya. seperti kalimat :( نُطْقِي اللَّهُ حَسْبِي) Artinya: Ucapanku, Allah itu adalah yang maha mencukupi
apabila jumlah kalimat adalah makna yang dimaksud, dianggap cukup dengan-nya. seperti kalimat :( نُطْقِي اللَّهُ حَسْبِي) Artinya: Ucapanku, Allah itu adalah yang maha mencukupi
وَالْمُفْــرَدُ الْجَــامِدُ فَارِغٌ وَإِنْ ¤ يُشْتَقَّ فَهْوَ ذُو ضَمِيْرٍ مُسْتَكِنّ
Khabar mufrad adalah isim jamid yang kosong dari Dhamir. jika di ia dibentuk. maka ia adalah memiliki dhamir yang terkandung dalam isi kalimat-nya
وَأَبْرِزَنْهُ مُطْلَقَـاً حَيْثُ تَلاَ ¤ مَا لَيْسَ مَعْنَاهُ لَهُ مُحَصَّلاَ
Dan tampakanlah dhamir secara nyata, apabila khabar mengikuti lafadz yang maknanya tidak berkaitan dengan-nya
Dan tampakanlah dhamir secara nyata, apabila khabar mengikuti lafadz yang maknanya tidak berkaitan dengan-nya
وَأَخْبَرُوَا بِظَرْفٍ أوْ بِحَرْفِ جَرّ ¤ نَاوِيْنَ مَعْنَى كَائِنٍ أَوِ اسْتَقَــرْ
Terkadang mereka membuat khabar denga Zharaf atau dengan huruf jar yang dimaksudkan untuk makna kaain dan Istiqrra (kabar ghair Mufrad)
Terkadang mereka membuat khabar denga Zharaf atau dengan huruf jar yang dimaksudkan untuk makna kaain dan Istiqrra (kabar ghair Mufrad)
وَلاَ يَكُوْنُ اسْـمُ زَمَانٍ خَبَرَا ¤ عَنْ جُثَّةٍ وَإِنْ يُفِدْ فَأَخْبِرَا
Isim zaman tidak bisa menjadi khabar untuk manusia, akan tetapi jika memang memberikan faedah, maka jadikanlah ia sebagai khabar
Isim zaman tidak bisa menjadi khabar untuk manusia, akan tetapi jika memang memberikan faedah, maka jadikanlah ia sebagai khabar
وَلاَ يَجُوْزُ الابْتِدَا بِالْنَّكِرَهْ ¤ مَا لَمْ تُفِدْ كَعِنْدَ زَيْدٍ نَمِرَهْ
Tidak dibolehkam membuat mubtada dengan isi nakirah selama tidak memberikan manfaat seperti contoh (عِنْدَ زَيْدٍ نَمِرَهْ) artinya : Disamping zaid ada baju yang bergaris
Tidak dibolehkam membuat mubtada dengan isi nakirah selama tidak memberikan manfaat seperti contoh (عِنْدَ زَيْدٍ نَمِرَهْ) artinya : Disamping zaid ada baju yang bergaris
وَهَلْ فَتَىً فِيْكُمْ فَمَا خِلٌّ لَنَا ¤ وَرَجُــلٌ مِنَ الْكِـرَامِ عِنْدَنَا
dan juga seperti contoh ( فَتَىً فِيْكُمْ ) artinya : Adakah seorang pemuda pada kalian ? (فَمَا خِلٌّ لَنَا) artinya : tidak ada teman bagi kita! (وَرَجُــلٌ مِنَ الْكِـرَامِ عِنْدَنَا) artinya : seorang laki laki dari kalangan dermawan di sisi kita
dan juga seperti contoh ( فَتَىً فِيْكُمْ ) artinya : Adakah seorang pemuda pada kalian ? (فَمَا خِلٌّ لَنَا) artinya : tidak ada teman bagi kita! (وَرَجُــلٌ مِنَ الْكِـرَامِ عِنْدَنَا) artinya : seorang laki laki dari kalangan dermawan di sisi kita
وَرَغْبَةٌ فِي الْخَيْر خَيْرٌ وَعَمَلْ ¤ بِرَ يَزِيْنُ وَلْيُقَسْ مَا لَمْ يُقَـلْ
dan seperti contoh : (وَرَغْبَةٌ فِي الْخَيْر خَيْرٌ) Artinya : Menyukai kebaikan adalah suatu kebajikan ( بِرَ يَزِيْنُ عَمَلْ.) Artinya : Pebuatan amal baik adalah penghias
dan seperti contoh : (وَرَغْبَةٌ فِي الْخَيْر خَيْرٌ) Artinya : Menyukai kebaikan adalah suatu kebajikan ( بِرَ يَزِيْنُ عَمَلْ.) Artinya : Pebuatan amal baik adalah penghias
وَالأَصْلُ فِي الأَخْبَارِ أَنْ تُؤخَّرَا¤ وَجَـوَّزُوَا الْتَّقْــدِيْمَ إِذْ لاَ ضَــرَرَا
Asal letak Khabar seharus-nya di-akhirkan (setelah Mubtada) akan tetapi ulama membolehkan mendahuluinya jika tidak merusak
فَامْنَعْهُ حِيْنَ يَسْتَوِى الْجُزْءآنِ ¤ عُرْفَــــاً وَنُكْـــرَاً عَــادِمَيْ بَيَـــانِ
Hindarilah olehmu ! mendahulukan khabar ketika keduanya serupa kedudukan-nya secara ma'rifat dan Nakirah diserai tidak adanya hubungan kalimat yang menjelasakan-nya
كَذَا إذَا مَا الْفِعْلُ كَانَ الْخَبَرَا ¤ أَوْ قُــصِدَ اسْتِعَمَــالُهُ مُنْحَصِرَا
demikian juga jika berbentuk fiil atau bermaksud menggunakan-nya secara pembatasan
demikian juga jika berbentuk fiil atau bermaksud menggunakan-nya secara pembatasan
أَوْ كَانَ مُسْنَدَاً لِذِي لاَمِ ابْتِدَا ¤ أَوْ لاَزِم الْصَّدْرِ كَمَنْ لِي مُنْجِدَا
Atau Khabar yang ringkas kepada mubtada yang mempunyai lam Ibtida atau mubtada yang harus didahulukan seperti contoh :(مَنْ لِي مُنْجِدَ) Artinya : siapa orang yang menolongku
وَنَحْوُ عِنْدِي دِرْهَمٌ وَلِي وَطَرْ ¤ مُلتـــزَمٌ فِيـــــهِ تَقَــــدُّمُ الخَـــبَرْ
Dan juga seperti dalam contoh (عِنْدِي دِرْهَمٌ وَلِي وَطَرْ) artinya : disisiku ada uang dirman, dan aku mempunyai hajat dipastikan khabar harus di dahulukan dari mubtada
Dan juga seperti dalam contoh (عِنْدِي دِرْهَمٌ وَلِي وَطَرْ) artinya : disisiku ada uang dirman, dan aku mempunyai hajat dipastikan khabar harus di dahulukan dari mubtada
كَذَا إِذَا عَادَ عَلَيْهِ مُضْمَرُ ¤ مِمَّــا بِهِ عَنْهُ مُبِينــاً يُخْــبَرُ
Demikian juga apabila ada dhamir yang kembali kepadanya untuk yang menerangkan beritanya
Demikian juga apabila ada dhamir yang kembali kepadanya untuk yang menerangkan beritanya
كَذَا إِذَا يَسْتَوْجِبُ التَّصْديرا ¤ كَـأَيْــنَ مَـنْ عَـلِمْــتَهُ نَصِــيرَا
Demikian juga apabila harus berada di permulaan kalimat, seperti contoh (أَيْــنَ مَـنْ عَـلِمْــتَهُ نَصِــيرَا) artinya : Dimana seseorang yang aku ketahui ia sebagai penolong
Demikian juga apabila harus berada di permulaan kalimat, seperti contoh (أَيْــنَ مَـنْ عَـلِمْــتَهُ نَصِــيرَا) artinya : Dimana seseorang yang aku ketahui ia sebagai penolong
وَخَبَرَ الْمَحْصُورِ قَدِّمْ أبَدَا ¤ كَمَالَنَـــا إلاَّ اتِّبَـــاعُ أحْمَــدَا
Dahulukan olehmu ! terhadap Khabar yang dimahshur (terhalang oleh (مَا) nafi) untuk selamanya, seperti dalam contoh: (مَالَنَـــا إلاَّ اتِّبَـــاعُ أحْمَــدَا) “tidaklah bagi kami kecuali mengikuti Ahmad”
وَحَذفُ مَا يُعْلَمُ جَائِزٌ كَمَا ¤ تَقُوْلُ زَيْدٌ بَعْدَ مَنْ عِنْدَكُمَا
Membuang lafadz yang sudah ketahui adalah disarankan, seperti ucapan kamu dalam jawaban zaid setelah pertanyaan :( مَنْ عِنْدَكُمَا )“Siapakah yg bersama kalian berdua?“
وَفِي جَوَابِ كَيْفَ زَيْدٌ قُلْ دَنِفْ ¤ فَــزَيْدٌ اسْتُغْــنِيَ عَـنْهُ إِذْ عُـرِفْ
juga didalam jawaban pertanyaan contoh: كَيْفَ زَيْدٌ “Bagaimana Zaid?”, maka katakanlah olehmu! دَنِفْ “Sakit“. maka lafadz zaid dianggap cukup (tidak diperlukan lagi) , karena sudah maklumi secara umum
وَبَعْدَ لَوْلاَ غَالِبَاً حَذْفُ الْخَبَرْ ¤ حَتْمٌ وَفِي نَصِّ يَمِيْنٍ ذَا اسْتَقَرْ
Setelah lafazh LAULAA secara biasanya membuang khabar, hal tersebut dituntut secara pasti , dan pada Nash sumpah dianjurkan juga pembuangan-nya
Setelah lafazh LAULAA secara biasanya membuang khabar, hal tersebut dituntut secara pasti , dan pada Nash sumpah dianjurkan juga pembuangan-nya
وَبَعْدَ وَاوٍ عَيَّنَتْ مَفْهُوْمَ مَعْ ¤ كَمِثْلِ كُلُّ صَــانِعٍ وَمَــا صَنَــعْ
Juga setelah WAWU ( disarankan pembuangan khabarnya) yaitu setelah Wawu yang berisi makna ( مَعْ ) yaitu wawu yang mempunyai arti "berserta". seperti contoh: ( كُلُّ صَــانِعٍ وَمَــا صَنَــعْ) “Setiap pekerja selalu beserta kereasinya”.
Juga setelah WAWU ( disarankan pembuangan khabarnya) yaitu setelah Wawu yang berisi makna ( مَعْ ) yaitu wawu yang mempunyai arti "berserta". seperti contoh: ( كُلُّ صَــانِعٍ وَمَــا صَنَــعْ) “Setiap pekerja selalu beserta kereasinya”.
وَقَبْلَ حَالٍ لاَ يَكُوْنُ خَبَرَا ¤ عَنِ الَّذِي خَـبَرُهُ قَدْ أُضْمِرَا
Demikian juga ( disarankan pembuangan khabarnya) yaitu sebelum haal yang tidak bisa menjadi khobar (tetepi dapat menempati kedudukan khobar) dari mubtada’ yang khobarnya nyata disembunyikan
Demikian juga ( disarankan pembuangan khabarnya) yaitu sebelum haal yang tidak bisa menjadi khobar (tetepi dapat menempati kedudukan khobar) dari mubtada’ yang khobarnya nyata disembunyikan
كَضَرْبِيَ الْعَبْدَ مُسِيْئاً وَأَتَـمّ ¤ تَبْيِيني الْحَــقَّ مَنُـوْطَاً بِالْحِـكَمْ
Seperti contoh : (ضَرْبِيَ الْعَبْدَ مُسِيْئاً ) Artinya : Pukulanku untuk budakku, bilamana ia berbuat kejelekan. dan juga contoh (تَبْيِيني الْحَــقَّ مَنُـوْطَاً بِالْحِـكَمْ أَتَـمّ )“ Artinya : Telah sempurna keteranganku akan masalah yang benar, apabila dihubungkan dengan hukum.
Seperti contoh : (ضَرْبِيَ الْعَبْدَ مُسِيْئاً ) Artinya : Pukulanku untuk budakku, bilamana ia berbuat kejelekan. dan juga contoh (تَبْيِيني الْحَــقَّ مَنُـوْطَاً بِالْحِـكَمْ أَتَـمّ )“ Artinya : Telah sempurna keteranganku akan masalah yang benar, apabila dihubungkan dengan hukum.
Mereka (ulama) membuat khabar dengan dua khobar atau lebih banyak dari itu bagi satu mubtada’, seperti contoh :(هُـمْ سَرَاةٌ شُعَـرَا) artinya : Mereka adalah orang yang tinggi derajatnya dan juga ahli syair.
sumber: http://mandrot.blogspot.com/2011/07/bab-penjelasan-mubtada-dan-khabar.html
No comments:
Post a Comment