QODARIYAH DAN JABARIYAH




Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga makalah yang berjudul “Qodariyah dan Jabariyah” dapat terselesaikan.Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan juga sebagai referensi pengetahuan baru bagi para pembaca.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan memberi dorongan kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan.Terimakasih kami haturkan kepada.

  1. Bapak Rektor Universitas Sains Al Quran Dr. H. Mukhotob Hamzah yang telah menyediakan sarana dan prasarana yang membantu penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
  2. Perpustakaan Universitas Sains Al Quran yang telah menyediakan berbagai literatur yang menunjang terselesaikannya makalah ini.
  3. Teman-teman yang memberi bantuan dan dorongan serta do’a guna terselesaikannya makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.


Wonosobo ,8 April 2014
Penulis


DAFTAR ISI
Halaman sampul----------------------------------------------------------------- 1
Kata pengantar------------------------------------------------------------------- 2
Daftar isi------------------------------------------------------------------------- 3
Pendahuluan--------------------------------------------------------------------- 4
Pembahasan --------------------------------------------------------------------- 5
Sejarah timbulnya Qodariyah-------------------------------------------- 5
Pokok Ajaran Qodariyah------------------------------------------------- 5
Sejarah Timbulnya Jabariyah--------------------------------------------- 7
Ajaran dan Perkembangan Jabariyah------------------------------------ 8
Simpulan ----------------------------------------------------------------------- 10
Daftar Pustaka------------------------------------------------------------------ 11










PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Manusia memang diciptakan oleh Allah swt untuk dapat melakukan apa yang diinginkan, diberi akal untuk berpikir, dan diberi kemampuan untuk memilih yang benar dan yang salah, sehingga timbulah firqoh Qodariyah. Kemudian, dibalik tentang apa yang diperbuat manusia, Tuhan juga memiliki Kekuasaan penuh terhadap apa yang terjadi didunia dan akhirat, ini adalah kaitanya dengan takdir yang ditulis dizaman azali, apapun yang diperbuat manusia, semua itu telah ditakdirkan dan Allah lah yang berkehendak, sehingga munculah firqoh Jabariyah. Dari kedua firqoh ini  berlawanan sudut pandang dan kefahaman yang berbeda pula, bahkan bertentangan jauh.

B.     RUMUSAN  MASALAH
Bagaimanakah sejarah qodariyah dan jabariyah
Bagaimanakah ajaran qodariyah dan jabariyah
C.     TUJUAN PENULISAN
Mengetahui sejarah dan ajaran qodariyah dan jabariyah







PEMBAHASAN
A.    Sejarah Timbulnya Qodariyah
Qodariyah mula-mula timbul sekitar tahun 70 H/689 M, dipimpin oleh Ma’bad Al-Juhni Al-bisri dan Ja’had bin Dirham, pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705).
Latar belakang timbulnya faham ini sebagai isyarat menentang kebijaksanaan politik Bani Umayah yang dianggapnya kejam.Apabila firqoh jabariyah berpendapat kalau khalifah Bani Umayah membunuh orang hal itu karena sudah ditakdirkan oleh Allah swt, hal ini berarti merupakan topeng kekejamanya, maka firqoh Qodariyah mau membatasi qodar tersebut. Mereka mengatakn bahwa Allah itu adil, maka Allah swt akan menghukum orang yang bersalah dan akan memberi pahala kepada orang yang berbuat baik. Manusia harus bebas dalam menentukan nasibnya sendiri dengan memilih perbuatan yang baik atau yang buruk. Manusia harus mempunyai bebas berkehendak. Orang yang berpendapat bahwa amal perbuatan dan amal manusia itu hanyalah bergantunng pada qodar Allah swt saja, selamat seseorang atas celaka seseorang itu sudah ditentukan oleh Allah sebelumnya, maka pendapat tersebut adalah sesat. Sebab pendapat tersebut berarti menentang keutamaan Allah, dan berarti menganggap-Nya yang menjadi sebab terjadinya kejahatan-kejahatan.
Ajaran Qodariyah mendapat pengikut yang banyak , sehingga kholifah segera mengambil tindakan dengan alasan demi ketertiban umum. Ma’ad al-Juhni dan beberapa pengikutnya ditangkap dan dia sendiri dihukum bunuh di Damaskus (80 H/690 M). Setelah peristiwa ini, maka pengaruh paham ini mulai surut, akan tetapi dengan munculnya firqoh Mu’tazilah, sebetulnya bisa diartikan penjelmaan kembali paham-paham Qodariyah. Sebab diantara keduanya terdapat kesamaan filsafat, yang selanjutnya disebut dengan kaum Qodariyah Mu’tazilah.
B.     Pokok atau Ajaran Paham Qodariyah
Secara umum pokok ajaran dari paham qadariyah ialah manusia berkuasa penuh atas perbuatan-perbuatannya; manusia melakukan kebaikan atas kehendak dan kekuasaan dirinya sendiri, dan manusia juga yang melakukan atau menjahui perbuatan-perbuatan buruk sesuai dengan kemauan dan dayanya sendiri tanpa campur tangan Tuhan.
Dalam kitab al-milal wa an-nihal, masalah qadariyah disatukan pembahasannya dalam doktrin-doktrin Mu’tazilah. Sehingga perbedaan antara kedua aliran ini kurang jelas. Ahmad Amin,  menjelaskan bahwa doktrin bahwa doktron qadar kiranya lebih luas dibahas oleh kalangan Mu’tazilah. Sebab paham  ini dijadikan sebagai salah satu diantara doktrin mu’tazilah, sehingga orang sering menamakan qodariyah sama dengan mu’tazilah. Keduanya sama-sama percaya bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk melakukan semua tindakannya tanpa campur tangan Tuhan. Salah seorang pemuka qodariyah yang lain, an-nazzam, mengemukakan bahwa manusia hidup mempunyai daya. Selagi hidup manusia mempunyai daya, ia berkuasa atas segala perbuatannya. Sungguh tidak pantas manusia menerima siksaan atau tindakan salah yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya. Menurut pandangan qadariyah, apabila manusia diberi  ganjaran, baik dengan balasan surga maupun siksa dengan balasan neraka, itu semua merupakan pilihan dan kehendak dirinya sendiri, bukan karena takdir Tuhan. Dalam paham qadariyah, takdir adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya berlaku untuk alam semesta beserta isinya semenjak adanya hukum yang dalm istilah Al-Qur’an adalah sunatullah.
Secara alamiah, sesungguhnya manusia telah memiliki takdir yang tidak dapat diubah. Manusia dalam deminsi fisiknya tidak dapat berbuat lain, kecuali mengikuti hukum alam. Misalnya manusia ditakdirkan oleh Tuhan tidak mempunyai sirip, seperti yang dimiliki oleh ikan sehingga dapat berenang di laut lepas.Demikian juga manusia tidak mempunyai kekuatan seperti gajah yang mampu membawa barang beratus kilogram, tetapi manusia ditakdirkan mempunyai daya pikir yang kreatif.Dengan daya pikir yang kreatif dan anggota tubuh yang dapat dilatih terampil, manusia dapat meniru yang dimiliki ikan sehingga manusia dapat berenang di laut lepas. Demikian juga manusia dapat membuat benda lain yang dapat membantu untuk membawa barang seberat yang dibawa gajah, bahkan lebih dari itu. Disini, terlihat semakin besar wilayah kebebasan yang dimiliki manusia

C.     SejarahTimbulnyaJabariyah
SejarahJabariyahtimbulbersamaandengantimbulnyasejarahQodariyah, dantampaknyamerupakanreaksidaripadanya.Daerah tempattimbulnyajugatidakberjauhan.FirqohQodariyahtimbul di IraksedangkanfirqohJabariyah di Khurasan Persia.
            Pemimpinya yang pertamaadalahJaham Bin Shofwan.Karenaitu, firqohinikadang-kadangdisebut Al-jahamiyah.Ajaran-ajaranbanyakpersamaanyadenganaliranKurro’ agama YahudidanaliranYa’cubiyah agama Kristen.Mula-mulaJaham Bin ShofwanadalahjurutulisdariseoarangpemimpinbernamaSuraih Bin Harits, Ali Nashar Bin Sayardanmemberontak di daerahKurasanterhadapkekuasaanbaniUmayah.Diaterkenal orang yang tekundanrajinmenyiarkan agama.Fatwanya yang menarikadalahbahwamanusiatidakmempunyaidayaupaya, tidakadaikhtiardantidakadakasab.Semuaperbuatanmanusiaituterpaksa(majbur)diluarkemauanya, sebagaimanakeadaanbuluayamterbangkemana arah angin bertiupatausepotongkayu di tengahlautanmengikutiarahhempasanombakdanbadai.Ringkasnyabahwa orang-orang Jabariyahberpendapatbahwamanusiaitutidakmempunyaidayaikhtiar, merupakankebalikandaripahamQodariyah yang manasemuagerakmanusiadipaksaadanyakehendak Allah swt.
            Dalamsegitertentu, JabariyahdanMu’tazilahmempunyaikesamaanpendapat, misalnyatentangsifat  Allah swt., surga dannerakatidakkekal, Allah swttidak bias dilihat di Akhiratkelak, Alqur’an adalah makhluk, dan lain sebagainya. Jaham Bin ShofwanmatiterbunuholehpasukanBaniUmayahpada 131 H.
            Jabariyahberpendapatbahwa Allah swt.Sajalah yang menentukandanmemutuskansegalaamalperbuatanmanusia.Semuaperbuatanitusejaksemulatelahdiketahui Allah swtdansemuaamalperbuatanituadalahberlakudengankodratdanirodatnya.
            Manusiatidakmencampurinyasama sekali usaha manusiasamasekalibukanditentukanolehmanusiasendiri. QodratdanIrodat Allah adalahmembekukandanmencabutkekuasaanmanusiasamasekali. Padahakikatnyasegalapekerjaandangerakgerikmanusiasehari-harinyaadalahpaksaan (majbur) semata-mata.Kebaikandankejahatanitupunsemata-matapaksaan pula, sekalipunnantinyamanusiamemperoleh balasan surga danneraka.
            Akan tetapi, pahamjabariyahinimelampauibatas, sehinggamengiktikadkanbahwatidakberdosakalauberbuatkejahatan, karena yang berbuatitupadahakikatnya Allah swt pula.Kesesatanya, merekaberpendapatbahwa orang itu mencuri makaTuhan pula yang mencuri, bila orang sholat Allah swt pula yang sholat.Jadikalau orang berbuatburukataujahatlaludimasukankedalamneraka, makaTuhanitutidakadil.Karenaapapun yang diperbuatmanusia, kebaikanatau kejahatan, tidaksatupunterlepasdariQudratdanIrodatnya.SebagianpengikutJabariyahberanggapantelahbersatudenganTuhan.DisinimenimbulkanpahamWihdatulwujud,yaitumanunggalingkawulolangusti, bersatunyahamba dengan Dia.
D.    AjarandanPerkembanganJabariyah
Jaham Bin Shofwanberpendapatmengenaifirqohjabariyahadalah“ manusiatidakmempunyaikodratuntukberbuatsesuatu , dandiatidakmempunyaikesanggupandiahanyaterpaksadalamsemuaperbuatanya. Diatidakmempunyaikodratdanikhtiar, melainkanTuhanlah yang menciptakanperbuatan-perbuatanpadadirinya, seperticiptaan-ciptaanTuhanpadabenda-bendamati.Memangperbuatan –perbuatanitudinisbatkankepada orang tersebut.Tetapiituhanyalahnisbahmajazi, secarakiasan, samahalnya kalaukitamenisbahkansesuatuperbuatankepadabenda-bendamati, misalnyadikatakan :pohonituberbuah, atau air mengalir, batubergerak. Matahariterbitdantenggelam, langitmendungdanmenurunkanhujan ,bumibergoncangdanmenumbuhkantumbuhan-tumbuhan, dan lain-lain sebagainya.Pahaladansiksa pun adalahpaksaan, sebagaimanahalnyadenganperbuatan-perbuatan.Jahamberkata : “ apabilapaksaanitutelahtetap, makataklifadalahpaksaanjuga “.
            Jahamdankawan-kawanyamemperkuatpendapatmerakatentang“ paksaan” itudenganmengemukakanayat-ayat yang merekapandangdapatmemperkuatnya, misalnyaialahfirman Allah :
انك لا تهدى من احببت ولكن الله يهد من يشاء
Bahwasanya engkau (hai Muhamad) tidaklah berkuasa untuk memberi petunjuk kepada orang yang engkau cintai, akan tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya.(Q.S. Al-qoshos : 56)
Dan masih banyak ayat lagi yang digunakan sebagai rujukan seperti : QS. Yunus :99, QS. Al-Baqarah : 7, QS. Hud : 34 dan lain sebagainya.
            Mayoritas kaum muslimin menolak paham Jabariyah ini, karena dapat menyebabkan orang menjadi malas, lalai, dan menghapuskan tanggung jawab.
Menurut paham Ahlus Sunah, bahwa segala sesuatu itu memang dijadikan oleh Allah swt.Tetapi Allah swt juga menjadikan ikhtiar dan kasab bagi manusia.Sesuatu yang dipearbuat manusia itu adalah peratemuan ikhtiar dengan takdir-Nya.Ikhtiar dan kasab hanya sebagai sebab saja, bukan yang mengadakan atau menciptakan sesuatu.Umpamanya orang itu makan, maka kenyanglah dia, tapi perlu diingat, bukan nasi yang mengenyangkanya, semuanya karena Allah swt semata.
            Manusia memperoleh hukuman karena ikhtiar dan kasabnya yang tidak baik dan akan diberi pahala atas ikhtiar dan kasabnya yang baik. Firman Allah
لهاما كسبت وعليها مااكتسبت (البقرة : 286)
“ dia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakanya dan dia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakanya “. (QS. Albaqarah : 286)





KESIMPULAN
Istilah jabariyyah dapat diartikan  pula menolak  adanya  perbuatan dari manusia  dan menyandarkan  semua  perbuatan kepada  Allah  berdasarkan  pengertian  bahwa  segala sesuatu didahului oleh Ilmu Allah  dan tidak ada sesuatu yang didahului oleh ilmu Allah,  jabariyyah ada dua  bentuk: pertama  jabariyyah murni, yang disebut  juga  Al-jahmiyyah,  yang menolak adanya perbuatan  berasal dari manusia  dan memandang  manusia tidak  mempunyai  kemampuan  untuk berbuat . Kedua , Jabariyyah pertengahan  yang moderat yang disebut juga An-Najariyyah, yang mengakui adanya perbuatan dari manusia  namun perbuatan manusia tidak membatasi. Orang yang mengaku adanya  perbuatan  dari makhluk ini mereka namakan “Kasab” bukan termasuk  Jabariyyah.
Sedangkan pengikut Qadariyyah  menganggap manusia memilik kebebasan untuk berkehendak dalam perbuatan tanpa adanya campur tangan Tuhan.  Jadi muncullah  teori ketiga  yang menyingkap bahwa “kontradiksi”   tersebut hanya merupakan  akibat pemahaman  yang keliru  semata-mata. Kita dapat mengatakan bahwa hakikatnya tidak ada.













DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr. KH. Salihun A. Nasir, M.Pd.I., Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Jakarta : Rajagrafindo Persada,2010

No comments:

Post a Comment